Mulai
pukul 13.20 sampai dengan pukul 16.58 menguras tandon penampungan air
di kos-an. Endapan lumpur yang memang lama tidak dibersihkan. Sejak saya
mulai menempati kos di 104 , sekitar lima bulan yang lalu. Tidak pernah
sekalipun tandon di lantai tiga dikuras. Bisa dibayangkan banyaknya
lumpur yang mengendap di sana. Apalagi sekitar bulan Desember 2012
dilakukan pengeboran ulang, sehingga dua minggu pasca pengeboran itu air belum begitu jernih. Membutuhkan waktu hampir satu bulan untuk menstabilkan aliran air tersebut.
Tandon penampungan setinggi dua meter terbagi menjadi dua bagian.
Masing – masing mempunyai panjang kurang lebih satu meter setengah.
Lantai dasar tandon menjadi perhatian pertama lantaran lumpur yang
mengendap tebal sekali. Sedangkan tembok kramik kuning mengerat yang
menambah lama pengerjaan saat itu. Terlebih tak mempan jika hanya
disikat saja tanpa cairan pemutih lantai. Akhirnya setelah menggunakan
cairan pemutih tersebut. Perlahan mulai kembali seperti warna semula
(maaf, bukan korban iklan *, gak mau sebut merk).
Lelah gak
terasa dengan kekompakan kami selama melakukan pekerjaan yang sebanarnya
itu bukanlah tugas kami. Inisiatif itu dilakukan karena air di setiap
kamar mandi sudah mulai tidak jernih lagi. Padahal aliran air dari kran
sangat jernih. Jadinya kami bahu – membahu untuk membersihkannya. Dengan
tenaga hampir separuh lebih dari penghuni kos. Puji syukur, akhirnya
selesai juga. Menariknya, tepat setelah semuanya selesai. Hujan turun
membahasi tiap celah jalanan Pisang Candi.
Yah, bisa ditebak.
Kami mandi hujan di balkon atas. Eh bukan kami, mereka. Karena saya
tidak ikut mandi. Hhehe. Ada rasa ingin berbaur juga dengan mereka.
Bercanda gurau dengan saling menyipratkan air satu sama lain. Sampai
menggunakan gayung yang tadinya dipakai untuk menguras tandon. Tetapi
saya hanya melihat dan menjadi pemandu sorak saja. Sekedar ikut
merasakan tawa lepas dan dinginnya hujan yang mereka rasakan. Sungguh
menyenangkan sekali hari ini 🙂